Connect with us

Hi, what are you looking for?

Lifestyle

Beberapa Hewan Ini Mulai Punah, Namun Para Ilmuwan Bawa Mereka Kembali

Di tengah perubahan lingkungan yang semakin kompleks saat ini, terdapat kenyataan mengkhawatirkan bahwa banyak spesies hewan berada di ambang kepunahan di alam liar.

Belakangan ini, terjadi perkembangan menarik yang mengundang perhatian dunia, di mana hewan-hewan yang sebelumnya dianggap punah mulai muncul kembali di beberapa tempat di seluruh dunia.

Para ilmuwan pun mencoba meneliti dengan seksama akan fenomena tersebut untuk mencoba mengembalikan mereka dari kepunahan.

Berikut adalah hewan-hewan yang muncul kembali dari kepunahan dilansir dari CNN.com.

1. Lynx Eurasia

Hilangnya lynx Eurasia di banyak bagian Eropa Tengah sejak tahun 1800-an, tetapi sekarang mereka kembali ke beberapa negara seperti Swiss, Prancis, Italia, Austria, dan Jerman.

Ini terjadi berkat program khusus yang dimulai pada tahun 1970-an untuk memperkenalkan kembali lynx ke alam liar.

Tetapi, masalahnya sekarang adalah bahwa populasi lynx ini terpecah menjadi beberapa kelompok kecil yang terpisah di seluruh wilayah.

2. Tasmanian Devil

Tasmanian Devil dulu tidak cuma berada di Tasmania. Dulu sekitar 3.000 tahun yang lalu, hewan berkantung lucu ini berkeliaran di seluruh Australia, namun terusir ketika dingo datang.

Sekarang, Tasmanian Devil jumlahnya semakin berkurang karena penyakit kanker yang disebut Devil Facial Tumor Disease (DFTD). Penyakit ini bisa menular dan udah membunuh 90% dari sisa populasi devil.

Tahun 2020, hewan ini diperkenalkan lagi di suaka margasatwa di New South Wales, Australia, untuk membantu agar populasinya semakin banyak di tempat lain selain Tasmania. Selain itu, juga untuk kendalikan jumlah kucing dan rubah liar.

3. Bison Stepa

Bison Stepa dulu jadi bagian penting di Inggris, tapi mamalia raksasa ini punah sekitar 10.000 tahun lalu. Sekarang, Kent Wildlife Trust memimpin proyek untuk bawa kembali kerabat dekatnya, bison Eropa.

Inggris adalah salah satu negara dengan kerusakan alam paling parah di dunia, dan proyek ini berharap agar bison bisa menjadi “pengatur ekosistem” yang bantu menghidupkan lagi hutan zaman dulu di Kent. Rencananya, kawanan pertama bakal dilepas di hutan dekat Canterbury tahun 2022.

4. Serigala Abu-abu

Antara 1995 dan 1997, sebanyak 41 serigala abu-abu dilepaskan kembali ke Taman Nasional Yellowstone. Selama 70 tahun sebelumnya, absennya serigala ini memberikan dampak besar pada ekosistem taman: populasi rusa berkembang tanpa kendali, merumput berlebihan yang mengurangi pohon willow dan aspen, dan ini mempengaruhi berang-berang yang kehilangan makanan dan tempat berlindung, hampir punah di taman.

Pada Januari 2020, ada sekitar 94 serigala di taman nasional dan lebih dari 500 di wilayah lebih luas. Namun, program ini menghadapi kesulitan mengelola populasi di luar batas taman nasional. Peternak masih khawatir terhadap ternak mereka, meskipun data menunjukkan hanya 2% kematian sapi dewasa tahun 2015 disebabkan oleh predator, termasuk serigala hanya 4,9% – ini lebih sedikit dari setengah jumlah sapi yang dibunuh oleh anjing.

Serigala di luar taman nasional memiliki perlindungan yang sangat terbatas: di Wyoming, serigala bisa diburu bebas di 85% wilayah negara bagian itu.

5. Serigala Merah

Pada tahun 1970-an, serigala merah hampir punah karena perburuan dan kehilangan tempat tinggal. Konservasionis mengambil langkah dengan mengumpulkan sisa-sisa hewan ini untuk program penangkaran.

Hanya ditemukan 17 ekor, dan pada tahun 1980, serigala ini dianggap punah di alam liar. Usaha penangkaran berhasil dengan melepaskan empat pasang serigala di North Carolina tahun 1987, dan populasi mencapai puncaknya dengan 130 serigala pada 2006.

Tapi, kesalahan dalam pengelolaan program membuat serigala ini menghadapi kepunahan alamiah sekali lagi: pada Februari 2021, hanya ada 10 serigala merah yang masih hidup bebas.

6. Rusa Kutub

Rusa kutub dulu tinggal di Skotlandia ribuan tahun yang lalu. Setelah lama menghilang, mereka baru-baru ini kembali. Terakhir kali tercatat mereka ada di sana pada tahun 1200-an.

Pada tahun 1952, seseorang bernama Mikel Utsi, penggembala rusa dari suku Sami, membawa sedikit rusa kutub dari Swedia utara yang dingin ke daerah beriklim sejuk di Pegunungan Cairngorm, Skotlandia.

Ini adalah upaya tidak resmi untuk mengembalikan spesies tersebut. Sekarang, jumlah rusa ini tumbuh menjadi sekitar 150 ekor dalam beberapa tahun terakhir. Namun, para peneliti masih sedang mempelajari dampaknya pada lingkungan di sana.

Dinda Tri
Written By

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Info lainnya

Hiburan

Grup band rock legendaris, God Bless, dijadwalkan bakal menggelar konser di Istora Senayan, Jakarta Pusat pada 10 November 2023. Konser spesial ini mengusung tema...

Hiburan

Pedangdut Happy Asmara baru-baru ini mengucapkan terima kasih ke Thariq Halilintar. Hal ini diketahui dari unggahan Instagramnya. Rupanya, ia sempat tak bisa mengakses akun...

Olahraga

Pemain Serie-B dari klub Venezia, Jay Idzes, menyatakan antusiasmenya yang besar untuk segera melakukan debut bersama timnas Indonesia. Setelah resmi mendapatkan paspor Indonesia pada...

Olahraga

Pemerhati sepak bola Mohammad Kusnaeni mengatakan Timnas Indonesia U-24 tembus perempat final menjadi target realistis di ajang Asian Games 2022 (2023. Kusnaeni berpendapat, bicara...