Virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) kita tahu merupakan virus berbahaya yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Virus ini akan merusak sel pertahanan manusia dan bisa mengurangi fungsinya secara perlahan.
Tanpa pengobatan, HIV bisa berkembang menjadi AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) atau Sindrom Imunodefisiensi, di mana sistem kekebalan tubuh menjadi lemah dan tubuh mudah terserang infeksi.
Namun kabar baik kini datang dari dunia medis, dimana uji coba vaksin HIV terbaru, yang dianggap sebagai “lemparan dadu terakhir”, sedang memasuki tahap akhir.
Uji coba itu dilakukan dengan dua vaksin dan dua bentuk profilaksis pra-paparan (PrEP), uji coba ini disebut PrEPVacc, untuk melihat efektivitas vaksin dan pencegahan penyebaran HIV.
Dilansir dari cnn.com, uji coba yang dilaksanakan di Entebbe, Uganda ini didukung internasional, yang menandai awal dari fase baru pengembangan vaksin. Namun, jika gagal ini mungkin memaksa peneliti untuk meninjau kembali pendekatan generasi vaksin ini.
Hampir 40 tahun sejak HIV diidentifikasi sebagai penyebab AIDS, komunitas medis masih belum memiliki vaksin yang efektif. Meskipun pengobatan antiretroviral ada, namun akses terhadapnya tidak merata. Pada 2022, 630.000 orang meninggal karena AIDS dan 39 juta hidup dengan HIV.
PrEPVacc diharapkan berhasil di mana upaya sebelumnya gagal. Namun, hanya ada satu uji coba di Thailand pada 2009 yang menunjukkan efektivitas sekitar 30%. PrEPVacc harus mencapai minimal 70% efektivitas untuk dianggap berhasil.
Jonathan Weber, pemimpin uji coba menyebut ini adalah evolusi dari penelitian sebelumnya. Karena melibatkan dua vaksin dengan pendekatan berbeda.
Salah satunya menggunakan DNA HIV sintetis dengan protein, sementara yang lain menggabungkan DNA dan virus cacar yang dilemahkan.
Dimulai pada Desember 2020 dan melibatkan 1.513 peserta dari Afrika Selatan, Uganda, dan Tanzania, PrEPVacc menandai kolaborasi penting untuk menemukan solusi HIV setelah beberapa upaya sebelumnya tidak berhasil.