Polusi udara memiliki dampak serius pada harapan hidup manusia. Polusi udara global dapat memotong usia rata-rata hidup hingga 2,3 tahun menurut laporan Indeks Kualitas Udara tahunan. Laporan ini mungkin bukan angin segar yang diharapkan oleh para ahli iklim.
Efek menghirup udara yang tidak bersih dapat merugikan kesehatan secara serupa dengan merokok, bahkan melebihi dampak alkohol dan air yang tidak aman.
Pada tahun 2021, 20 dari 30 kabupaten paling tercemar di AS berada di California, kemungkinan besar karena kebakaran hutan di negara bagian tersebut yang telah dikaitkan dengan serangkaian konsekuensi kesehatan yang memengaruhi otak dan paru-paru.
Pada tahun yang sama, tidak ada satu pun negara yang memenuhi standar kualitas udara Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yaitu 5 mikrogram polutan per meter kubik udara (μg/m³).
Di Amerika Serikat, standarnya adalah 12 mikrogram per meter kubik. Jika standar WHO dipenuhi, diperkirakan dapat menambahkan 3,2 juta tahun harapan hidup.
Kebanyakan dampak polusi udara terjadi di Asia dan Afrika, kontribusi terbesarnya berasal dari Bangladesh, India, Pakistan, China, Nigeria, dan Indonesia.
Di wilayah-wilayah ini, polusi udara menjadi ancaman utama bagi kesehatan, tetapi infrastruktur yang kurang memadai membuat penanganan polusi menjadi sulit.
Namun, hal yang tampaknya mustahil untuk mengatasi polusi udara bukanlah sesuatu yang mustahil. Cina, misalnya, telah secara signifikan mengurangi polusi udaranya selama satu dekade terakhir setelah melakukan “perang melawan polusi.”
Meskipun masih ada tantangan, data kualitas udara yang tepat waktu dan terbuka dapat menjadi dasar untuk upaya peningkatan kualitas udara.
Tahun lalu, WHO memperkirakan bahwa 99% penduduk dunia menghirup udara yang berpotensi beracun.
“Setelah selamat dari pandemi, tidak dapat diterima jika masih ada 7 juta kematian yang dapat dicegah dan tak terhitung banyaknya tahun-tahun kesehatan yang hilang akibat polusi udara,” kata Dr. María Neira, direktur Departemen Kesehatan Masyarakat dan Lingkungan WHO, sebelumnya.
“Namun, masih terlalu banyak investasi yang ditanamkan ke dalam lingkungan yang tercemar, bukan pada udara yang bersih dan sehat.” tutup dia.