Connect with us

Hi, what are you looking for?

Ragam

Dokter Amati Peningkatan Kasus Covid Tapi Tak Terlalu Parah

Dalam kurun waktu lebih dari tiga tahun, Dr. Christopher Ohl telah menjadi bagian dari tim perawatan intensif di Atrium Health Wake Forest Baptist di North Carolina, merawat pasien Covid.

Namun, akhir-akhir ini terlihat adanya perubahan, pasien yang dirawat karena pneumonia Covid di ICU tampaknya merespons lebih cepat terhadap pengobatan, memiliki tingkat kematian yang lebih rendah, dan dapat dipulangkan lebih awal.

“Apa yang kami lihat sekarang adalah pasien kami yang dirawat dengan pneumonia Covid di ICU cenderung merespons lebih cepat terhadap pengobatan, mereka lebih kecil kemungkinannya untuk meninggal, dan mereka lebih mungkin untuk dipulangkan lebih awal,” kata Ohl.

Peristiwa ini tidak hanya diamati oleh Dr. Ohl, tetapi juga oleh rekan dokter ICU lainnya, bahkan ketika jumlah pasien Covid yang dirawat di rumah sakit terus meningkat.

“Komplikasi parah dan masa rawat inap yang panjang di rumah sakit sekarang lebih jarang terjadi dibandingkan beberapa tahun lalu,” kata Dr. Cameron Wolfe, seorang ahli penyakit menular dan profesor kedokteran di Universitas Duke.

Terdapat beberapa faktor yang dapat menjelaskan mengapa pasien Covid tampaknya tidak separah beberapa tahun sebelumnya, bahkan ketika mereka memerlukan perawatan rumah sakit. Salah satunya adalah sub-varian omicron terbaru yang “tidak seburuk” varian delta atau varian awal Covid.

Selain itu, orang dengan kondisi kesehatan kronis, seperti obesitas dan diabetes tipe 2, tampaknya tidak lagi menjadi bagian terbesar dari pasien Covid yang dirawat di rumah sakit seperti di awal pandemi.

Akses terhadap antivirus Paxlovid juga telah memberikan perlindungan tambahan, dan sebagian besar orang Amerika memiliki tingkat kekebalan terhadap virus Covid, baik melalui vaksinasi, infeksi sebelumnya, atau kombinasi keduanya.

Pasien Covid yang masih dirawat di rumah sakit saat ini cenderung memiliki sistem kekebalan tubuh yang lebih lemah, seperti orang yang sudah tua atau yang telah menjalani transplantasi organ.

Dampak dari Covid juga bisa mengakibatkan penuaan dini, dikutip dari republika.co.id, salah satu efek penuaan paling dramatis dari Covid-19 pada tubuh manusia adalah penyusutan otak. Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan di Nature pada Maret ini, bahkan kasus ringan Covid-19 dapat menyebabkan hilangnya materi otak yang setara dengan satu dekade penuaan.

Biasanya, orang kehilangan sekitar 0,2 hingga 0,3 persen materi otak setiap tahun. Namun, penelitian ini menemukan pasien Covid-19 mengalami kerugian tambahan, di mana ada penyusutan 0,2 hingga 2 persen dari ukuran otak dalam tiga tahun.

Meskipun demikian, para ahli mengharapkan adanya peningkatan rawat inap terkait Covid dalam musim dingin mendatang, meskipun tidak seburuk tahun-tahun sebelumnya. Ini adalah perkembangan yang memberikan sedikit harapan dalam perjuangan melawan pandemi ini.

Dinda Tri
Written By

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Info lainnya

Hiburan

Grup band rock legendaris, God Bless, dijadwalkan bakal menggelar konser di Istora Senayan, Jakarta Pusat pada 10 November 2023. Konser spesial ini mengusung tema...

Hiburan

Pedangdut Happy Asmara baru-baru ini mengucapkan terima kasih ke Thariq Halilintar. Hal ini diketahui dari unggahan Instagramnya. Rupanya, ia sempat tak bisa mengakses akun...

Olahraga

Pemerhati sepak bola Mohammad Kusnaeni mengatakan Timnas Indonesia U-24 tembus perempat final menjadi target realistis di ajang Asian Games 2022 (2023. Kusnaeni berpendapat, bicara...

Lifestyle

LAKEYBANGET.COM – Meski telah usai, Jember Fashion Carnaval 2023 masih menyisakan jejak kemeriahan. Bagaimana tidak? Ajang tahunan ini dimeriahkan bintang-bintang tanah air dan mampu menyedot...