Wakil Menteri Kesehatan, Dante Saksono Harbuwono, telah mengimbau masyarakat untuk menggunakan masker saat beraktivitas di luar rumah. Hal ini sebagai upaya untuk melindungi diri dari paparan polusi udara yang belakangan tengah memburuk di wilayah Jabodetabek.
Namun tidak sembarang masker yang harus dipakai untuk menangkal polusi, Dante merekomendasikan penggunaan masker KN95 dan KF94, yang dapat efektif mencegah partikel PM2.5 masuk ke saluran napas. Penggunaan masker kain dalam hal ini sangat tidak disarankan.
Partikel PM2.5 adalah partikel udara dengan ukuran kurang dari atau sama dengan 2.5 mikrometer, yang termasuk debu, jelaga, kotoran, asap, dan tetesan cair yang hanya dapat terlihat dengan mikroskop elektron.
Senada, Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, juga menggarisbawahi bahwa tidak semua jenis masker efektif dalam menyaring polusi udara, karena polusi udara terdiri dari partikel-partikel mikro yang sangat kecil.
Masker KF94, dengan kemampuannya untuk memfilter hampir 95% partikel PM2.5, dan masker KN95, yang masih efektif dalam memfilter sekitar 80-95% partikel PM2.5, dianggap lebih cocok untuk melindungi dari paparan polusi tersebut.
“Maskernya harus KF94 atau KN95 karena memiliki kerekatan untuk menahan partikel mikro 2,5. Karena itu yang bahaya bisa masuk paru, dia masuk ke pembuluh darah saking kecilnya,” papar Budi, dikutip Selasa (26/9).
Polusi udara telah berdampak signifikan pada kesehatan masyarakat, bahkan memaksa BPJS Kesehatan untuk mengeluarkan dana besar untuk mengobati penyakit yang disebabkan oleh polusi. Beberapa penyakit utama yang terkait dengan polusi udara termasuk pneumonia, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), asma, kanker paru-paru, tuberkulosis, dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).
Selama tahun 2023, Kementerian Kesehatan mencatat peningkatan beban penyakit terkait pernapasan, terutama ISPA, asma, dan pneumonia, yang menambah beban BPJS Kesehatan dalam menangani penyakit-penyakit tersebut.