Masyarakat internasional terkejut oleh tindakan dramatis seorang pilot militer Amerika Serikat, Aaron Bushnell, yang meninggal dunia setelah melakukan aksi bakar diri di depan Kedutaan Besar Israel di Washington, AS.
Angkatan Udara AS menyatakan bahwa Bushnell, yang berusia 25 tahun, meninggal pada Minggu (25/2) malam setelah kondisinya kritis akibat aksi tersebut.
Dalam pernyataan sebelum melakukan tindakan itu, Bushnell menyatakan bahwa aksinya merupakan protes atas apa yang dia sebut sebagai genosida Israel yang terus berlanjut di Gaza.
“Saya tidak akan lagi terlibat dalam genosida,” kata Bushnell dalam rekaman video sebelum melakukan aksi itu.
“Saya akan melakukan aksi protes ekstrem, tapi dibandingkan apa yang dialami rakyat Palestina di tangan penjajah, aksi ini tidak ekstrem sama sekali. Inilah yang diputuskan oleh kelas penguasa sebagai hal yang normal. Bebaskan Palestina,” tambahnya.
Dalam video yang beredar, Bushnell terlihat mengenakan seragam militer sambil merekam dirinya sendiri saat melakukan aksi tersebut. Dia menyiram diri dengan cairan yang kemudian dia nyalakan, sambil berteriak “Bebaskan Palestina!” hingga akhirnya pingsan.
Dia dilaporkan terbakar selama sekitar satu menit sebelum petugas memadamkan api dan segera membawanya ke rumah sakit dalam kondisi kritis.
Aaron Bushnell, seorang mahasiswa yang mengejar gelar sarjana bidang rekayasa perangkat lunak di Southern New Hampshire University, tinggal di San Antonio, Texas.
Dia bergabung dengan Angkatan Udara AS pada tahun 2020 dan bekerja sebagai teknisi sistem dalam manajemen IT dan sebagai insinyur DevOps.
Aksinya yang tragis menyoroti ketegangan yang terus meningkat dalam konflik Israel-Palestina, sementara juga memunculkan pertanyaan tentang dampak emosional dan psikologis yang dialami oleh anggota militer yang terlibat dalam konflik internasional yang kompleks.