Connect with us

Hi, what are you looking for?

Ragam

Nasib Negara Muslim yang Dulu Pernah Kalahkan Rusia

Lakeybanget.com – Rusia dikenal sebagai salah satu kekuatan militer terbesar di dunia. Namun, sejarah mencatat Negeri Beruang Merah pernah menelan kekalahan pahit dari sebuah republik kecil bernama Chechnya dalam konflik bersenjata yang berlangsung sengit pada era 1990-an.

Konflik tersebut dikenal sebagai Perang Chechnya Pertama yang berlangsung dari 1994 hingga 1996. Dalam perang ini, pasukan Rusia dipaksa mundur oleh perlawanan gigih dari kelompok separatis Chechnya yang dipimpin oleh Dzhokhar Dudayev, mantan jenderal Uni Soviet.

Akar konflik bermula pada tahun 1991, ketika Chechnya secara sepihak memproklamasikan kemerdekaannya dari Rusia. Dudayev berhasil merebut kekuasaan dan mengusir pengaruh Kremlin dari Grozny, ibu kota Chechnya.

Presiden Rusia saat itu, Boris Yeltsin, sempat mengerahkan pasukan untuk merebut kembali kota tersebut, namun upaya itu gagal.

Ketegangan meningkat hingga pada 1994, Moskow melancarkan invasi militer besar-besaran. Meski unggul dalam jumlah dan perlengkapan, militer Rusia menghadapi tantangan besar dari taktik gerilya yang digunakan oleh pasukan Chechnya.

Pertempuran sengit terjadi di Grozny, dan pada akhirnya Rusia terpaksa menarik mundur pasukannya. Gencatan senjata pun ditandatangani pada 1996.

Menurut New World Encyclopedia, sejumlah tokoh Soviet dibunuh dan pemerintahan Chechnya-Ingush dibubarkan secara de facto oleh kelompok separatis di masa awal kemerdekaan tersebut.

Perang Chechnya Pertama menyebabkan kehancuran besar. Diperkirakan 50.000 hingga 100.000 warga sipil tewas, lebih dari 200.000 orang terluka, dan lebih dari setengah juta lainnya mengungsi. Infrastruktur kota dan desa di Chechnya hancur lebur akibat pertempuran yang berlangsung selama dua tahun lebih.

Tiga tahun setelah gencatan senjata, Rusia kembali melancarkan serangan militer ke Chechnya pada tahun 1999. Kali ini, Perdana Menteri Vladimir Putin yang memimpin operasi setelah serangkaian pengeboman di Moskow dikaitkan dengan militan Chechnya.

Putin mengambil pendekatan militer yang jauh lebih keras. Ia terkenal dengan pernyataannya yang menggemparkan:

“Kami akan kejar mereka bahkan sampai ke toilet,” — History.com.

Pada Februari 2000, Rusia berhasil merebut kembali Grozny. Pemerintah Kremlin kemudian menunjuk Akhmad Kadyrov, mantan pemimpin separatis yang berbalik mendukung Moskow, sebagai kepala pemerintahan.

Setelah Akhmad terbunuh dalam serangan bom pada 2004, posisi tersebut diisi oleh putranya, Ramzan Kadyrov, yang hingga kini masih menjabat sebagai pemimpin Chechnya pro-Kremlin.

Perang Chechnya Kedua secara resmi dinyatakan berakhir pada April 2009. Meski begitu, konflik tersebut menyisakan luka mendalam dengan jumlah korban tewas yang diperkirakan mencapai 50.000 hingga 80.000 orang, sebagian besar warga sipil.

Kini, Chechnya menjadi salah satu wilayah Federasi Rusia yang paling dikontrol ketat oleh Moskow. Ramzan Kadyrov menjadi tokoh kunci dalam menjaga stabilitas wilayah tersebut, sekaligus menjadi simbol loyalitas mutlak kepada Presiden Vladimir Putin.

Hendi Firdaus
Written By

Click to comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Info lainnya

Hiburan

Grup band rock legendaris, God Bless, dijadwalkan bakal menggelar konser di Istora Senayan, Jakarta Pusat pada 10 November 2023. Konser spesial ini mengusung tema...

Hiburan

Pedangdut Happy Asmara baru-baru ini mengucapkan terima kasih ke Thariq Halilintar. Hal ini diketahui dari unggahan Instagramnya. Rupanya, ia sempat tak bisa mengakses akun...

Olahraga

Pemain Serie-B dari klub Venezia, Jay Idzes, menyatakan antusiasmenya yang besar untuk segera melakukan debut bersama timnas Indonesia. Setelah resmi mendapatkan paspor Indonesia pada...

Olahraga

Pemerhati sepak bola Mohammad Kusnaeni mengatakan Timnas Indonesia U-24 tembus perempat final menjadi target realistis di ajang Asian Games 2022 (2023. Kusnaeni berpendapat, bicara...